Jumat, 10 September 2010 IBROH

                                 KELAHIRAN BAYI

Kesalahpahaman manusia diibaratkan seorang bayi yang ada dalam rahim ibu. Jika ia boleh meminta, ia akan meminta kepada Allah untuk diberikan plasenta/tali ari-ari yang banyak. Karena bayi itu berfikir untuk apa adanya tangan, kaki, mata, telinga, dan lisan yang di dalam rahim itu tak banyak berfungsi. "Yang aku butuhkan saat ini adalah tali ari-ari untuk menyuplai/memasok makanan ke tubuhku!" kata sang bayi. Yang dianggap penting saat bayi di dalam rahim ibu ada-lah tali ari-ari.
Pada saat bayi itu lahir ke dunia ini, justru yang pertama kali dipotong dari tubuh si jabang bayi adalah tali ari-ari. Tenyata yang selama ini dianggap sebagai hal yang terpenting bagi kehidupan si bayi justru harus dipotong. Barulah si bayi menyadari bahwa untuk bekal hidup di dunia membutuhkan kaki untuk berjalan, tangan untuk memegang, mata untuk melihat cahaya dan membedakan warna, telinga untuk mendengar, lisan untuk berbicara dan kelengkapan organ tubuh lainnya yang selama di dalam kandungan tidak banyak berfungsi. Malah kalau seandainya si bayi itu cacat atau mengalami kekurangan pada anggota tubuhnya akan membuat hidupnya di dunia terganggu dan menderita. Kalau pun si bayi itu meminta untuk dikembalikan ke dalam kandungan/rahim ibu tentunya hal ini tidak akan bias dan sulit dikabulkan oleh Allah subhanahuu wa ta’aalaa.
Saat di alam kandungan (rahim ibu), Allah subhanahuu wa ta’aalaa telah menyempurnakan fisik kita yang disediakan oleh Allah untuk kemanfaatan dalam kehidupan di dunia. Setelah manusia dilahirkan ke dunia ini, Allah perintahkan bukan untuk menyempurnakan fisik tubuh atau keduniaan kita tetapi untuk menyempurnakan iman dan amal shalih (agama). Jadi dunia ini bukan tempat menyempurnakan jasad tetapi dunia sebagai darul imtihan (sarana latihan) untuk menyempurnakan pelaksanaan amal agama.
Tali ari-ari pada bayi ibarat dunia dengan kemilaunya (harta, pangkat dan jabatan) sementara kaki, tangan dan mata bayi saat di alam rahim ibarat amal shalih yang tidak tampak manfaatnya ketika di dunia. Barulah ketika kita mati, amalan agama (shalat, dzikir, bacaan Al Quran, da'wah, puasa, sedekah, zakat, haji, jihad, menuntut ilmu dan semua kebaikan) terasa manfaat dan kegunaannya. Kekeurangan amal agama sebagaimana anggota tubuh yang mengalami cacat akan menyebabkan kesusahan dan penderitaan nanti di alam akhirat. Kalaupun dia meminta untuk dikembalikan ke dunia supaya bisa beramal saleh tentunya tidak akan dikabulkan oleh Allah. Hal ini dijelaskan oleh Allah subhanahuu wa ta’aalaa dalam Al-Quran Surat As-Sajadah ayat 12, yang artinya ,”Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya (karena malu) dihadapan Tuhannya, (seraya mereka berkata), Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah termasuk orang-orang yakin”.
Saat ajal menjemput justru yang diputus dari hidup kita adalah hubungan dengan harta benda dunia. Oleh karena itu mari kita perbaiki kesalahpahaman ini!
Sebaik-baik orang bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah, karena sesungguhnya tidak ada orang yang tidak pernah berbuat salah. Akan tetapi sebaik-baik orang adalah ketika berbuat kesalahan dia mau memohon ampun kepada Allah, niat tidak akan mengulangi lagi dan selalu niat memperbaiki diri.




Digg it StumbleUpon del.icio.us

0 komentar:

Posting Komentar